Tanda-Tanda Kebangkitan Tradisi Tuhan (Signs of the awakening of God’s tradition)
Kitab suci dalam memberi tanda akan kebangkitan tradisi Tuhan menggunakan bahasa Hikmah. Yaitu sebuah bahasa perumpamaan yang hanya dapat dimengerti oleh manusia yang mengimani rencana Nya, sehingga orang-orang beriman bisa hidup dan bergerak sesuai dengan perintah Nya. Tetapi Tuhan menghendaki agar orang-orang yang tidak mengimani kebangkitan tradisi Nya tidak dapat menangkap makna dari perumpamaan itu.
The holy bible uses “hikmah” language to give the sign of the awakening of God’s tradition. A symbolic language that can only be understood by people that believe in God’s plan, so the believers can move and live with God’s command. But God wants those people that doesn’t believe in the awakening of His tradition can’t understand the meaning of the symbol.
Kalimat perumpamaan sering dilontarkan oleh Yesus ketika ia berdakwah di muka umum. Murid-muridnya bertanya kepada Yesus, mengapa ia sering menggunakan bahasa perumpamaan ketika berdakwah kepada manusia masal. Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Ini menandakan bahwa bahasa perumpamaan adalah kunci untuk menggenapi kerajaan Tuhan. Orang-orang yang menelan bahasa perumpamaan secara mentah-mentah tanpa memikirkan hubungannya dengan fungsi diri terhadap misi Tuhan, itu pertanda ia bukan penghuni Sorga. Karena sekalipun mereka melihat sesungguhnya mereka tidak melihat, mereka mendengar padahal sesungguhnya tidak mendengar dan tidak mengerti. Tanda-tanda kebangkitan tradisi Tuhan diungkapkan dengan mengambil amsal Pohon Ara yang mulai melembut sebagai sinyal bahwa “musim panas” akan segera tiba, sudah diambang pintu
Symbolic sentence is often used by Jesus when he preaches in front of public. His pupils ask Him, why he often uses symbolic language when preaching in front of public. Jesus answered: “to you it is given the blessing to know the secret of heaven, but not to them.” This tells us that the symbolic language is the key to complete God’s kingdom. People that take this language for granted without thinking the connection with self function to God’s mission, is a sign that they are not the people that will live in heaven. Because they’re not seeing even though they can see, they don’t hear or understand anything even though they’re listening. The signs of the awakening of God’s tradition is told by using e. the symbol of an Ara Tree that softens as a signal that “summer” will soon arrive
Ketika di Mekkah, wahyu yang turun kepada Muhammad pendek-pendek, tegas, berapi-api, dan banyak mengungkapkan bahasa perumpamaan. Perjuangannya masih dalam tahap awal dimana inti dakwahnya adalah pembinaan keimanan, belum kepada praktis. Jika ayat yang turun diungkapkan secara terbuka, maka gerakan Muhammad akan mudah dipadamkan oleh musuh-musuhnya yang tidak menyukai Tuhan turun ke bumi. Masalah kiamat -kehancuran alam semesta, balasan di hari penghakiman, dosa-pahala, siksaan yang pedih, dan hal-hal yang sukar didapat pembuktiannya dalam jangka pendek adalah hal yang sering disampaikan-nya. Bahasa perumpamaan yang disampaikan Muhammad sesungguhnya menjadi batu ujian bagi mereka yang mengatakan beriman kepada Tuhan. Ayat-ayat perumpamaan menjadi sarana penggodokan keyakinan terhadap rencana Nya yang akan terwujud semasa mereka masih hidup, sehingga nantinya -setelah hijrah ke Madinah- Muhammad memiliki umat yang siap melaksanakan apapun perintah Tuhan yang disampaikan olehnya. Termasuk siap berperang melawan tentara Romawi (perang Muktah) dibawah kepemimpinan Heraclius didukung oleh tentara sekutu dengan jumlah yang jauh dari seimbang, yaitu 3.000 pasukan Muhammad berhadapan dengan 100.000 pasukan Romawi
When he was at mekkah, the sentences that was received by Muhammad were short, strict, and powerful, and often uses symbolic language. His journey was still in the beginning, where the main part of his preach was believing management, not the practice. If the sentences were given openedly, then Muhammad’s movement will be easily stopped by his enemies that doesn’t like God’s arriving on this earth. He often talks about the last day-the end of the world, repayment on the judgement day, sin-reward, torchering punishment, and things that are hard to be proved in a short time. The symbolic language that is told by Muhammad is actually a test for those that say that they are a believer. The symbolic sentences become the way to train their faith towards God’s plan that will be done as long as they live, so that later-after they move to madinah- Muhammad has a follower that is ready to do whatever their God tells them to do. Including ready to fight against the Rome army that is lead by Heraclius, with an unfair number of army, Muhammad’s army was 3000 people, and Heraclius’s army was 100.000 people.
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan itu adalah suatu kejadian yang sangat besar.
pada hari kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras. (QS: 22/1-2)
Hari kegoncangan - kiamat yang dibahas dalam ayat di atas bukanlah pekabaran tentang hari akhir jaman, tetapi itu adalah gejala sosial masyarakat yang terjadi menjelang tegaknya kerajaan Tuhan. Sebuah gejala dimana “ibu” yang menjadi sumber penghidupan “bayi” sudah tidak lagi memperdulikan pemberian “susu” kepada anaknya. Secara faktual hal ini terjadi pada gejala sebuah bangsa yang sudah tidak lagi memperdulikan pendidikan formal bagi anak bangsa secara terjangkau dan layak. Pendidikan dikomersialisasi menjadi ladang penghasilan yang menggiurkan, sumber-sumber komoditas srategis dikuasai oleh segelintir orang, sementara umat menjadi sasaran tembak yang empuk bagi praktek politik yang premanis.
The shaking day-kiamat that is mentioned in the sentence above is not about “the last day”, but it is about the social symptoms of the society that happens just before God’s kingdom stands. A symptom where a “mother” that becomes the only source of life for the “baby” doesn’t give “milk” anymore to her child. The fact is this situation happened to a nation that no longger cares about formal education for their civilians. Education is comercialized as a big source of income, strategic comodities are held by a few people, while the civilians become the victim of political practice.
Pengguguran kandungan merupakan perbuatan seorang ibu yang keji, sekeji digugurkannya potensi tunas bangsa dengan menyodorkan hiburan-hiburan yang menjerumuskan akhlak, merangsang mereka untuk mendapatkan jalan pintas bagi pencapaian ketenaran, dan memandulkan semangat mereka untuk bangkit menjadi bangsa yang produktif dengan menyajikan konsumerisme dalam keseharian.
Abortion is a bad thing that is done by a mother, as bad as aborting the potential of young civilians by giving them bad entertainment, making them finding the shortcut to be famous, and cutting their spirit to be a productive nation by giving them consumerisme in their daily lives.
Kemudian akan banyak terlihat orang yang mabuk, padahal sesungguhnya mereka tidak mabuk. Jika seorang mabuk, maka ia tidak menyadari apa yang diperbuatnya, tidak memahami apa yang dikatakannya, dan tidak mengambil pelajaran terhadap apa yang dialaminya. Mabuk yang dimaksud dalam ayat ini adalah mabuk kehidupan dunia sehingga segala perbuatannya merusak peradaban. Korupsi menjadi hal biasa yang dilakukan oleh pemegang jabatan penting padahal itu adalah perbuatan hina yaitu mencuri hak orang lain, tetapi mereka tidak menyadarinya bahkan dilakukan oleh pejabat publik yang berbaju agamis. Perbudakkan di segala bidang merajalela; dengan tameng intelek dan formil. Para agamawan tidak sungkan-sungkan melebur dalam trend gaya hidup metropolis demi mendapatkan popularitas dan materi. Mereka mengatakan beriman kepada kitab-kitab suci, tetapi memutuskan segala perkara dengan menggunakan hukum bangsa-bangsa. Kondisi ini diperuncing dengan semakin dangkalnya bimbingan moral yang menyuguhkan cerita-cerita spiritual utopis dalam dakwahnya, dan lebih suka mengajak pendengar untuk mentaati sebuah doktrin dogmatis yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Padahal seluruh kitab suci dan para utusan mengajak untuk merealisasikan hal-hal yang disampaikannya.
Jika hal-hal diatas sudah dan sedang terjadi, berarti kebangkitan tradisi Tuhan sudah dekat, hari Kiamat sudah dekat. Tuhan sedang memilih kembali sebuah umat untuk menjadi aktor yang melakoni peran yang dikisahkan dalam kitab suci, sebagai martir yang membuktikan kebenaran tradisi Nya.
Then, more drunk people will be seen, which actually they’re not drunk. If somebody is drunk, he won’t realize what he’s doing, what he’s saying, and cannot learn from what he’s been through. The word drunk in this sentence means drunk towards life, that makes everything that he does destroy the civilization. Corruption becomes a usual thing to be done, yet, it ‘s a bad thing to do and it’s taking other’s wright, but they don’t realize it. Slavery in all divisions are done. The formers of a religion live in a metropolis trend to gain material and popularity. They say that they believe in the holy bible, but they make decisions based on nation policies. This condition becomes even worse with the lack of moral teaching that gives utopic spiritual stories in their preach, and prefer to take their listeners to follow a dogmatic doctrin that cannot be proven it’s truth. Yet, the holy bible and the prophets ask them to do what they say.
If the things above is and already done, it means the awakening of God’s tradition is already near, Kiamat day is near. God is choosing again followers to be the actor that has to play the role that has been mentioned in the holy bible, as a martir that proves the truth of God’s tradition.
Sudah saatnya kebangkitan itu tiba. Karena peradaban dzulumat tidak akan terus menerus dzulumat pasti akn berganti dengan peradaban yang nur
BalasHapus